"Welcome to : Maria Fransiska's blog for Kapita Selekta"

There are review and reflection of the lessons in Faculty of Communication at Tarumanagara University, West Region of Jakarta

Kamis, 09 Desember 2010

FOTOGRAFI

FOTOGRAFI bersama Didit Anindita

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

Sejarah fotografi
Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:
• 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1]
• 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
• 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
• 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
• 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
• 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
• 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
• 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
• 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
• 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
• 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
• 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
• 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
• 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
• 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
• 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
• 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
• 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
• 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
• 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
• 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
• 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
• 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
• 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
• 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.
• 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
• 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
• 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
• 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
• 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
• 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
• 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
• 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
• 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
• 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
• 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
• 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
• 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
• 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
• 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
• 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
• 1952 – Era 3-D film dimulai.
• 1954 – Leica M diperkenalkan.
• 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
• 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST).
• 1959 – Nikon F diperkenalkan.
• 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
• 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
• 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
• 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
• 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
• 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
• 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
• 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
• 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
• 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.

Bagaimana belajar fotografi sederhana???
Satu hal yang wajib dilakukan jika ingin belajar fotografi adalah mempraktekkan teknik fotografi yang telah didapat. Jangan pernah malas untuk mengasah kemampuan. Prinsipnya, semakin banyak berlatih, maka kemampuan Anda semakin meningkat.
Sebelum mengambil gambar sebuah objek, ada banyak hal yang harus Anda perhatikan. Hal terpenting ketika belajar fotografi adalah cepat mengenali karakteristik objek. Apakah termasuk objek diam atau bergerak.

Tentu saja teknik yang digunakan untuk kedua objek ini akan berbeda. Untuk objek bergerak, dituntut skill yang lebih tinggi jika dibandingkan objek diam.
Anda bisa belajar fotografi dari pacuan kuda, misalnya. Anda bisa memilih posisi rintangan besi, yaitu ketika kuda melompat, sehingga kecepatan larinya berkurang. Posisi ini juga terlihat menarik.
Sedangkan untuk objek diam, Anda dituntut untuk mampu mengeset pencahayaan dan komposisi. Tujuannya tentunya tidak lain agar foto yang dihasilkan enak dan bermakna.

Berikut 4 Dasar dalam belajar Fotografi :
1. Composition
Untuk menghasilkan gambar yang menarik, bermain dengan komposisi itu dibutuhkan. Kadang bagi pemula, objek foto selalu ditempatkan ditengah, padahal sebenarnya tidak demikian. Objek foto dapat diletakkan dan dibuat semenarik mungkin, asal menyatu dengan elemen sekitarnya. Setiap orang berbeda dalam menentukan komposisi, semua itu bergantung pada sense dan banyak berlatih.
2. Depth of Field
Menentukan ketajaman objek yang akan difotonya. Apakah objek tersebut dibuat fokus semuanya atau hanya objek utama saja yang focus, sedangkan objek lainnya tidak.
3. Exposure
Hasil foto sangat ditentukan oleh pencahayaan yang pas, tidak underexposure ataupun highexposure.
4. Focus
Foto yang baik adalah foto yang fokus. Untuk mendapatkannya, Anda harus rajin berlatih. Selain itu, Anda juga dituntut untuk mengenal kamera yang akan dipakai.
Berikut tips singkat dalam belajar fotografi agar bisa membuat foto yang baik :
1. Pilih objek yang menarik, yang akan menjadi pusat perhatian.
2. Pilih latar belakang yang tidak mengganggu objek utama.
3. Waktu terbaik untuk foto outdoor adalah pagi atau sore, karena cahaya matahari mengenal objek lebih baik.
4. Tentukan angle atau sudut pengambilan foto yang paling baik. Tidak ada salahnya mencoba beberapa angle untuk mendapatkan hasil yang baik.

Kamis, 04 November 2010

Iklan dan Kekerasan Simbolik

Iklan dan Kekerasan Simbolik
Oleh : Endah Murwani
26 Oktober 2010

Iklan ada dimana-mana, seakan mengikuti kemana saja kita pergi sepanjang hari. Di rumah, jalanan, pasar, kantor, kampus, sekolah, stasiun, halte bus, bandara, taksi, lift maupun toilet kita selalu bertemu iklan.
Iklan telah mengepung kita dari berbagai penjuru dan sepanjang waktu, sehingga memungkinkan untuk mampu menembus hampir semua celah kehidupan setiap orang.
Pengiklan seolah tidak akan melewatkan sejengkal tempat dan waktu untuk beriklan.

Pergeseran fungsi Iklan
Iklan tidak hanya sekedar bertujuan menawarkan dan mempengaruhi calon konsumen untuk membeli suatu produk. Akan tetapi lebih dari itu, iklan turut berpengaruh dalam membentuk sistem nilai, gaya hidup maupun selera budaya tertentu.
Iklan tidak hanya memvisualisasikan kualitas dan atribut dari produk yang harus dijualnya, tetapi mencoba membuat bagaimana sifat atau ciri produk tersebut mempunyai art isesuatu bagi kita.

Dalam konteks inilah iklan mendefinisikan image tentang ‘arti tertentu yang diperoleh’ ketika orang menggunakan produk tersebut.
Proses ini oleh Williamson (1978 : 20) disebut sebagai using product is currency, yaitu menggunakan produk yang diiklankan sebagai ‘uang’ untuk membeli produk kedua yang secara langsung tidak terbeli.

Pollay membagi fungsi komunikasi iklan menjadi dua :
- Fungsi informasional, iklan memberitahukan kepada konsumen tentang karakteristik produk.
- Fungsi transformational, iklan berusaha untuk mengubah sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, pola-pola belanja, gaya hidup, teknik-teknik mencapai sukses dan sebagainya.

Iklan Dalam Pemiikiran Ilmuan : Konteks
Baudrillard : iklan adalah bagian dari sebuah fenomena sosial bernama consumer society.Obyek dalam iklan tidaklah berdiri sendiri, melainkan dibentuk oleh sebuah sistem tanda (sign systems)
Analisis Baudrillard berkontribusi dalam mengembangkan analisa mengenai produksi dan reproduksi pesan yang melibatkan peran dari citra (image) pada masyarakat kontemporer.
Barthes menganalisa iklan sebagaimana layaknya seorang ahli linguistik.
Barthes tertarik untuk membongkar makna dari pesan-pesan yang disampaikan lewat image maupun teks dalam media dan fenomena sosial lainnya. Makna ini dibongkar dengan terlebih dahulu menganalisa tanda-tanda yang merepresentasikan makna, dengan menggunakan semiotik sebagai kerangka analisa. Barthes menyumbangkan pemikiran mengenai peran media dalam reproduksi pesan-pesan ideologis.

Bagaimana Ilmuan Memahami Iklan ?
Baudrillard : iklan adalah bentuk dari sign systemyang mengatur makna dari obyek atau komoditas. Iklan juga dipandang sebagai perangkat ideologis dari kapitalisme konsumen (consumer capitalism).
Barthes : iklan juga dilihat sebagai signs, yang mengatur makna yang ingin disampaikan oleh pembuat iklan. Makna ideologis yang dimiliki iklan dibuat senetral mungkin, proses signifikasi (pembuatan tanda/sign) yang kemudian disebut Barthes sebagai myth.

Bagaimana Iklan Memproduksi Pesan ?
Baudrillard iklan sebagai wacana yang dikodekan (coded discourse) dan melekat pada sebuah produk, tidak memiliki hubungan dengan realitas (hyperreal ).

Barthes menganggap bahwa anda masih bias merepresentasikan realitas (signifikasi tingkat pertama atau denotasi). Sedangkan pada signifikasi tingkat kedua (konotasi), tanda bias merepresentasikan sesuatu yang hanya bias dipahami lewat situasi cultural atau social yang sama.
Sementara sebagai sebuah myth ,signs dalam iklan dianggap merepresentasikan pesan idelogis dari si pembuat iklan (dalam konteks ini, adalah kelas borjuis).

Bagaimana Pesan Diterima Khalayak ?
Baudrillard menegaskan bahwa melalui kode-kode dalam sebuah pesan, manusia sadar akan dirinya dan kebutuhan-kebutuhannya. Kode-kode tersebut secara hirarkis memiliki tingkatan yang digunakan untuk menandakan perbedaan-perbedaan (distinctions) dari status dan kelas..
Barthes berpendapat bahwa iklan memiliki berbagai makna sesuai dengan tingkat signifikasi yang dilakukan oleh khalayak. Dengan demikian makna dari pesan yang disampaikan oleh iklan menjadi sangat majemuk.

Memahami Iklan dengan Konsep Simbolik Bordieu
Bagi Bourdieu, seluruh tindakan pedagogis baik itu yang diselenggarakan di rumah, sekolah, media atau dimanapun memiliki muatan kekerasan simbolik selama pelaku memiliki kuasa dalam menentukan sistem nilai atas pelaku lainnya, sebuah kekuasaan yang berakar pada relasi kuasa antara kelas-kelas dan atau kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.

Diasumsikan bahwa media dan iklan merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan tindakan pedagogis dari kelas atau kelompok sosial tertentu.
Arena iklan tidak hanya menjadi ajang kontestasi image simbolik produk yang ingin dipasarkan namun juga imagesimbolik realitas sosial secara luas.
Iklan menjadi sebuah mesin kekerasan simbolik yang bisa menciptakan sistem kategorisasi, klasifikasi, dan definisi sosial tertentu sesuai dengan kepentingan kelas atau kelompok dominan.
Image-image simbolik yang diproduksi iklan seperti misalnya kebahagiaan, keharmonisan, kecantikan, kejantanan, gaya hidup modern pada dasarnya merupakan sistem nilai yang dimiliki kelas atau kelompok dominan yang diedukasi dan ditanamkan pada suatu kelompok masyarakat.

Proses penanaman nilai melalui iklan dapat membentuk habitus tentang sistem nilai tersebut. Sehingga iklan tidak hanya menciptakan subjek yang dapat meregulasi diri terkait konsumsi produk namun juga subjek yang dapat meregulasi diri terkait klasifikasi dunia sosial, disini kemudian terjadilah kekerasan simbolik.

image-image yang diproduksi iklan adalah tindakan pedagogis yang dapat memaksakan secara halus nilai-nilai, standar-standar dan selera kebudayaan kepada masyarakat atau sekurang-kurangnya memantapkan preferensi kebudayaan mereka sebagai standar dari apa yang dianggap tertinggi, terbaik dan paling absah. Dominasi kelas terjadi tatkala pengetahuan, gaya hidup, selera, penilaian estetika dan tata cara sosial dari kelas yang dominan menjadi absah dan dominan secara sosial

Jumat, 29 Oktober 2010

ARSITEKTUR & SIMBOL


Oleh : Bapak Eduard Tjahyadi
Selasa 28 September 2010 dan Selasa 5 Oktober 2010

Symbol :
             Etymology:
           •symbolum (Latin)
               •symbolon – σύμβολον (Greek )
 yaitu:
Objek, gambar, tulisan, suara, atau tanda tertentu yang mewakili sesuatu yang lain oleh asosiasi, kemiripan, atau konvensi.
Merupakan salah satu cara manusiamengekspresikan sesuatu yang telah berlangsung disemuakebudayaan sepanjang waktu, Mencerminkan intelektualitas, emosi dan spririt manusia, Memungkinkan terjadinya sebagian besar hubungan komunikasi manusia dalam bentuk tertulis maupun verbal, gambar ataupun isyarat dan  Merupakan bahasa universal lintas budaya dan zaman.

 contohnya...
Kenneth Burke described homo sapien as
"symbol-using, symbol making, and [a] symbol misusing animal"


Jenis konstruk simbol

Makna dari suatu simbol, dapat dilihat berdasarkan jenis ”construct” atau gagasan yang mendasari timbulnya simbol tersebut. Cara yang dilakukan disini adalah dengan membuat klasifikasi, mengamari bentukan yang terjadi, kemudian menguraikan isu simbol apa yang melatarbelakangi bentukan tersebut. Berikut ini diuraikan beberapa isu simbol yang mewakili pokok-pokok seperti : pertama, bentukan fisik, kedua, konsepsi, ketiga, peristiwa.

Pertama, simbol yang mewakili bentukan fisik. Penggunaan pohon beringin pada alun-alun kota di pulau jawa, dilatar belakangi olehbentuk fisik dari puhon itu sendiri yang seolah-olah berupa payng besar untuk berteduh dan dianggap sebagai pengayom. Sehingga bangunan pemerintahan yang biasanya berada di sekitar alun-alun dianggap dapat mengayomi masyarakatnya.

Kedua, simbol yang mewakili suatu konsep. Bentukan kampung dan kota tradisional di Indonesia, umumnya dipengaruhi oleh simbol konsepsi makna arah yang sangat disakralkan. Sedangkan tata bangunan tradisional umumnya dipengaruhi oleh ”simbol konsepsi modul sakral” dimana aturan hitungan dan hirarki dapat terbaca jelas pada bentukan bangunan rumah kudus. Menurut buku Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus, rumah tersebut berbentuk "Joglo Pencu" yang berdiri di atas landasan lima trap yang disebut sebagai "bancik kapisan" (trap terbawah), lalu bancik kapindo, bancik katelu, jogan jogo satru (ruang lantai depan) dan jogan lebet (trap lantai ruang dalam). Maksudnya adalah agar pemilik rumah selalu taat melakukan lima rukun Islam. 

Adapun kerangka bangunan terdiri dari Soko Guru berupa empat tiang utama (sebagai bagian dari Joglo) dan Soko Geder (satu tiang). Diatas soko guru terdapat pengeret tumpang songo/tumpang sembilan (tidak harus sembilan, bisa juga hanya tumpang telu (tumpang tiga), disesuaikan dengan kemampuan pemilik rumah) sebagai tumpuan konstruksi atapnya.  Konstruksi atap rumah adat menunjukkan tingkat ekonomi dari pemiliknya, karena biaya pembuatan atap adalah paling mahal daripada bagian rumah lainnya. Biaya mahal tersebut disebabkan karena kesempurnaan motif-motifnya dan gaya ukirannya serta faktor kesulitan dalam pembuatannya.  Atap model pencunya, dahulunya dibuat dari rumbia (semacam daun palem) tetapi kemudian lebih banyak dibuat dari genteng. Genteng Kudus sering mempunyai motif khusus tumbuh-tumbuhan, dan terdapat model genteng gajah (dengan ornamen gajah) di atas wuwungan (bagian paling atas dari genting) dan genteng raja yang bercorak sangat indah. Ruang dalam (jogan lebet) terdiri dari beberapa ruang seperti ruang keluarga terletak tepat di bawah joglo, kemudian kamar-kamar untuk tidur dan gedongan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka dan kekayaan.  Gedongan terletak di antara ruang dalam dan pawon (dapur) yang berada di samping kiri atau kanan rumah. Pawon ini selain untuk kegiatan memasak dan ruang makan, juga dimanfaatkan untuk tempat kegiatan keluarga, seperti pembuatan produk konveksi dan industri rumah tangga lainnya. Di sebelah depan pawon ini tepatnya di bagian tepi halaman terdapat sumur lengkap dengan kamar mandi. Pintu-pintu pada rumah adat Kudus ada beberapa tipe. Ada yang terdiri dari satu daun pintu, dua daun pintu dan pintu sorong. Satu daun pintu kebanyakan untuk di dapur (pawon) , dua daun pintu untuk di gebyok dan pintu sorong ada di depan. 

Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa rumah adat Kudus selalu dibangun menghadap ke arah Selatan yang konon penuh dengan perlambang filosofi dalam membangun rumah tinggal dan berdasarkan perhitungan rasional hukum alam (falak). 

Ketiga, simbol peristiwa. Pada simbol yang dilatar belakangi oleh suatu peristiwa dapat di telusuri lewat terciptanya tipe bangunan seperti ’duck & decorated shed’ yang merupakan daya tarik Las Vegas. Terciptanya tipe bangunan ini dilatarbelakangi isu peristiwa kontemporer mengenai ”kebebasan peraturan”.

Arsitektur:
Architectura – Latin
arkitektonρχιτεκτονική – arkhitektonike – Greek

artinya :
kepala atau pemimpin dan pembangun atau tukang kayu(Τεκτονική)
adalah :
seni dan ilmu merancang bangunan dan struktur fisik lainnya.

Arsitektur, dalam definisi yang lebih luas :
meliputi semua kegiatan desain :
•dari level mikro (desain bangunan atau bangun-bangunan, kompleks bangunan, desain furnitur)
•ke tingkat makro (desain perkotaan: kawasan, bagian kota, arsitektur lansekap)
saat ini, arsitektur dapat merujuk kepada aktivitas merancang sistem apapun dan sering digunakan dalam dunia TI.

Karya arsitektur sering dianggap sebagai :
karya seni 
simbol politik dan budaya

Sejarah peradaban manusia sering diidentikkan dengan karya arsitektur yang masih
ada sebagai bagian perjalanan peradaban manusia itu sendiri.

Kamis, 07 Oktober 2010

SEMIOTIK & SEMIOLOGI


Definisi semiologi yang paling umum adalah ilmu tentang tanda (berasal dari bahasa Yunani semeîonn yang berarti “tanda”). Nama ini diusulkan oleh Ferdinand de Saussure dalam Cours de lingusitique générale. Nama lain yang juga lazim dipakai untuk menunjukan ilmu tentang tanda ini adalah semiotika, yang diusulkan oleh Charles Sanders Peirce.Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis.
Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’ (signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”.
Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure.
Dengan definisi yang sangat umum seperti itu, maka semiologi menjadi ekpansionis: ilmu apapun akan tercakup di dalamnya, karena pada dasarnya semua ilmu mempelajari tanda-tanda. Umberto Eco mengaitkan semiotika dengan seluruh proses kultural dalam proses komukasi. Menurutnya, semiotika harus mempertimbangkan teori kode dan teori produksi tanda. Untuk sampai pada definisi yang lebih tepat mengenai fungsi tanda dan model produksi tanda misalnya, secara khusus semiotika harus memperhitungkan arti tanda tipologi tanda (Nöth, 1990: 326)
     Mengikuti definisi semiologi yang diberikan oleh Fiske, yaitu bahwa semiologi merupakan ilmu yang memiliki tiga ranah utama, yaitu: tanda dalam dirinya sendiri, kode-kode atau sistem tempat tanda itu diorganisasikan, dan kebudayaan tempat kode-kode dan tanda-tanda itu beroperasi (Fiske, 1990: 40)discipline studying everything which can be used in order to lie(Eco, 1976: 7).

Senin, 04 Oktober 2010

KEBEBASAN PERS (FREEDOM OF PRESS)


KEBEBASAN PERS (FREEDOM OF PRESS)
Oleh: Pak Ahmad Junaidi

Perkuliahan Kapita Selekta pada tanggal 1 Oktober 2010, membahas materi tentang KEBEBASAN PERS (FREEDOM OF PRESS).
Negara Indonesia mempunyai 3 pilar kekuasaan dalam Demokrasi, yaitu:
1.        1.  Eksekutif adalah Pemerintah/ Presiden,
2.        2.  Legislatif adalah Lembaga Tinggi Negara (DPR),
3.        3. Yudikatif adalah Lembaga Peradilan Negara.
Dan kemudian dengan perkembangan peraturan dan perundang-undangan lahirlah pilar ke-4 yang diduduki oleh Pers sebagai fungsi control terhadap kinerja dari 3 pilar yang lainnya tersebut.

Menurut Thomas Jefferson, “Bila disuruh memilih adanya pers tanpa pemerintahan atau pemerintahan tanpa pers, maka saya akan memilih adanya pers tanpa pemerintahan!”.


Ringkasan Sejarah Perkembangan Kebebasan Pers Indonesia:
1.   
                *) Zaman Penjajahan,

2.          **) Zaman Soekarno (Orde Lama), 


         ***) Zaman Soeharto (Orde Baru),

4.               ****) Zaman Reformasi.


Dari zaman penjajahan colonial Belanda hingga zaman Soeharto (Orde Baru), masih diberlakukan pembredelan pers, yakni pencabutan paksa hak percetakan dan penerbitan suatu surat kabar atau media massa Indonesia.


Berikut adalah contoh-contoh tindak pembredelan pers Indonesia:
-     --1933 = Harian “Swara Oemoem” di Surabaya;
-     --1957 = 10 surat kabar dibredel antara lain “Indonesia Raya” yang dipimpin oleh Mochtar Lubis;
-     --1974 untuk kedua kalinya “Indonesia Raya” kembali dibredel terkait dengan Peristiwa Malari yang      dipicu oleh investasi Jepang pada massa itu mendominasi perekonomian Indonesia;
-     --1994 = 3 media dilarang terbit dikarenakan memberitakan peristiwa tenggelamnya kapal yang dipesan oleh BJ. Habibie selaku Menristek.

Untuk mengkoordinasikan sejumlah wartawan Indonesia dibutuhkan sebuah organisasi. Maka lahirlah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1996 (Zaman Orde Baru) yang menjadi satu-satunya organisasi wartawan Indonesia dan terkesan pro pemerintah.
Kemudian terjadi pergelutan dalam dunia wartawan setelah Majalah Tempo dibredel banyak dari beberpa awak media Tempo bergabung menciptakan satu Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) yang kritis terhadap pemerintahan di Indonesia hingga sekarang.


Tanpa disangka-sangka, pers juga memiliki musuh yang menjadi hambatan bagi kebebasan pers tersebut, antara lain sebagai berikut:
-               Zaman Penjajahan, yang menjadi musuh pers adalah pemerintah Hindia Belanda.
-               Zaman Soekarno dan Soeharto, yang menjadi musuh pers adalah Negara. Dalam masa ini ada budaya “telepon” yang sangat terkenal, yaitu telepon dari Harmoko (Menteri Penerangan) yang berisikan tentang pelarangan penyiaran dan penerbitan berita di suatu media massa.
-               Zaman Reformasi, yang menjadi musuh pers adalah masyarakat yang tergabung dalam kelompok garis keras yang selalu bertindak anarkis, seperti FPI (Front Pembela Islam) dan FBR (Front Betawi Rempug).